Madrasah hebat bermartabat- Lebih baik madrasah - Madrasah lebih baik

Breaking News

21 February 2019

KADO ULANG TAHUN PERNIKAHAN

Kabarmadrasah.com - 
Di sebuah ruang keluarga yang tak terbilang luas, Pak Kamad bercengkerama pada laptop dengan layar LCD sudah ada dua motif garis hitam. Mungkin sudah waktunya si leppy minta diganti, tapi selama masih bisa dipakai, ia mengabai kebutuhan itu karena cenderung memprioritaskan kebutuhan yang lain dulu.

“Bah...” Bisik Imah, sang istri.
“Ada apa, Umiiii?” Jawab Pak Kamad masih serius memandang layar di depannya.
“Minggu depan hari apa, Bah?” Tanya istri dengan harapan sang suami ingat hari ulang tahun pernikahan mereka.
Tapi Pak Kamad masih asyik dengan laptop-nya.
“Abah dengar gak sih?” Lebih sedikit keras suara sang istri.
“Iya, Abah dengar, Mi. Minggu depan, kan? Kalau ini hari Selasa, minggu depannya ya ketemu Selasa lagi.” Balas Pak Kamad santai.
“Iya hari apa di tanggal itu, Bah?”
“Kalau gak salah Selasa-nya pasaran Legi. Ada apa to, Mi?”
“Ah, Abah gak peka! Itu Selasa hari apa?”
“Selasa ya setelah hari Senin itu to, Mi. Memang ada apa dengan hari Selasa?”
“Abaaaah... Ah sudahlah, Umi mau tidur.”


Jemari Pak Kamad yang tadi mengetik di atas keyboard jadi jeda sejenak, sebenarnya ia hanya berpura-pura lupa hari apa tepat di Selasa itu, karena tak ingin sang istri berharap banyak pada moment ulang tahun pernikahannya. Dalam hati Pak Kamad bergumam,
“Gusti... Astaghfirullahal’adziiiim, Ampuni aku yang membuat jengkel istri, Gustiii.”

Keesokan paginya di Madrasah, Pak Kamad masih terselip rasa bersalahnya pada istri. Dalam benaknya berpikir, wajar kalau di hari ulang tahun pernikahan, sang istri ingin sesuatu yang spesial.
“Sampeyan mikir apa to, Pak Kamad?” Tanya Pak Nur, rekannya sesama pengajar di madrasah.

“Semalam istri ngambek. Sepertinya menginginkan sesuatu di hari ulang tahun pernikahan yang jatuh Selasa depan, Pak Nur.”
“Waduh, itu karena pengaruh teman-temannya mungkin. Lha wong istri saya juga begitu semenjak tak kasih fasilitas smartphone. Teman alumni madrasahnya ada yang posting apa, ia jadi terpengaruh. Padahal dulu ndak pernah mikir soal anniversary-anniversary nan.”
“Istriku yang belum kena polusi smartphone saja sepertinya pengen ada anniversary gitu, Pak Nur. Entah dari infotainment tivi mungkin.”

“Nah, sampeyan kado panci serbaguna saja. Aku dulu gitu. Bu Ida ada nomor kontak sales panci serbaguna tersebut. Biasanya para istri suka dengan alat masak yang serbaguna. Kenapa Pak Kamad tak coba memberi kado barang itu saja. Pasti istri Pak Kamad juga suka.” Saran Pak Nur.
“Wah, ide brillian. Tapi bayarnya?”
“Tenang, boleh nyicil selama setahun.”
“Ajiiib.”

Baca Juga Artikel lainnya :


Tidak perlu menunggu hari Selasa depan, Setelah mengontak si sales, secepat kilat barang itu datang ke madrasah.
“Wah, Pak Kamad romantis sekali.” Ucap Bu Ida.
“Iya, so sweet. Suami sayang istri...” Tambah Bu Mirna.
Pak Kamad menanggapinya dengan tersenyum penuh syukur. Dalam hatinya bergumam,
‘Alhamdulillah... Semoga dengan panci serbaguna ini, Dik Imah bisa lebih bervariasi dalam memasak.’

Tiba di rumah, sang istri berdecak kegirangan. Malah hampir menitikkan air mata haru.
“Abaaaah... Ini apaan?” Ucapnya halus seraya membuka kardus panci serbaguna itu.
“Lho, kan di kardusnya sudah ada gambarnya, Mi.” Balas Pak Kamad.
“Ah, Abah jangan langsung kasih tahu gitu dong. Pura-pura buat kejutan gitu kali, Bah...”

Baca Juga Artikel lainnya :

“Coba aja dibuka, Mi. Kali aja isinya cincin sebesar rantai.” Goda Pak Kamad.
“Ya gak perlu berlebihan gitu juga, Bah.”

Mereka saling bertatapan dengan mesra. Sesimpul senyum saling dilayangkan. Bak Dewi Shinta dan Sang Rama. Duhhh.
“Waooo... Ini beneran Abah kasih ke Umi?” Tanya istri memastikan.
“Masak buat si Ozy, Mi?” Canda Pak Kamad.
“Makasih, Bah. Ini bisa sangat membantu Umi memasak aneka resep. Khususnya dari bahan tahu dan tempe.” Balas Imah.

“Hehe, iya, Mi. Mungkin setelah ini resep tahu tempenya bisa ala ala italian food gitu.” “Abah baik sekali. Betul, Bah. Biar gak bosen dengan menu itu itu saja.” Sejenak bulir air mata Imah menetes. Ia tahu pasti berapa harga panci serbaguna itu. Ia tak pernah meminta kado semewah ini. Ia hanya berharap sang suami ingat perayaan ulang tahun pernikahan. Harusnya itu saja. Tapi ternyata apa yang Pak Kamad berikan di luar perkiraannya. Imah tahu pasti harga barang ini sangat mahal untuk seorang guru honorer seperti suaminya.
“Abah sayang Umi. Selamat hari pernikahan kita, ya. Maaf, Abah masih jauh dari kata sempurna sebagai  seorang suami.”

Mendengar ucapan sang suami, Imah merasa tambah terharu. “Sudah, Bah... Jangan buat Umi tambah nangis karena terharu.”
Pak Kamad merasa lega dengan jawaban istrinya. Tak harus Imah tahu dengan sistem kredit atau kontan membayarnya. Senyum wanita yang dicintai itu lebih berharga bagi Pak Kamad.

“Bah... Uang belanja Umi gak kepotong setelah Abah ngredit panci serbaguna ini, kan? Iya kan, Bah?” Bisik Imah dengan tatapan setajam elang, namun masih dengan bulir air mata di pipi tersebab haru tadi.
Pak Kamad kaget, namun kagetnya tertutupi dengan tampang cengengesannya.
“Hehehe. Tentu tidak to, Mi...” Jawab Pak Kamad garuk-garuk kepala, “Ngomong-ngomong, kok Umi tahu Abah ambil panci ini kredit?”
“Umi kan tahu bulanan Abah berapa. Umi tahu kok sales merk yang sama pernah masuk nawari ke rumah per rumah di kampung ini. Mbak Yanti dan Bu Maya yang beli...” Balas Imah masih sendu.
“Ahhhhh... Tapi Umi percaya cinta Abah kontan seratus persen meskipun kadonya kreditan, kan?” Kembali Pak Kamad bercanda dengan wajah masih cengengesan.
“Abaaaaahhhhhhhh.”

(Bersambung)

www.kabarmadrasah.com

Terima kasih telah membaca artikel ini, Semoga bermanfaat.
Jangan lupa baca artikel : KH. Ulil Albab Arwani pimpin Bimbingan Muqri' Yanbu'a

Untuk melihat lebih jauh tentang semua postingan blog kabarmadrasah ini,, silakan kunjungi Daftar Isi ]

Semoga bermanfaat dan jangan lupa  klik tombol like dan Share Terima Kasih
Comments
0 Comments

No comments:

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Kabarmadrasah.com