Madrasah hebat bermartabat- Lebih baik madrasah - Madrasah lebih baik

Breaking News
Showing posts with label Aswaja. Show all posts
Showing posts with label Aswaja. Show all posts

26 October 2025

Lima Tingkatan Pahala Sedekah Menurut Imam As-Suyuthi


Sedekah merupakan amal yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Ia bukan hanya membantu sesama, tetapi juga menjadi bukti keimanan, kasih sayang, dan kepedulian seorang Muslim.


Dalam salah satu karyanya, Imam As-Suyuthi menjelaskan bahwa pahala sedekah memiliki lima tingkatan tergantung kepada siapa sedekah itu diberikan. Penjelasan ini juga tercantum dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 69.

 1. Sedekah kepada orang sehat — pahala 10 kali lipat

"Wahidatun bi ‘asyarah, wa hiya ‘ala shahihil jism."

(Satu sedekah yang diberikan kepada orang sehat berpahala sepuluh kali lipat.)

Makna:

Memberi kepada orang yang sehat jasmani tetap berpahala, meski mereka mungkin masih mampu bekerja. Pahala ini menunjukkan bahwa niat ikhlas dan keumuman manfaat menjadi ukuran utama.

Contoh:

Memberi minuman atau makanan kepada teman, berbagi sembako saat kegiatan sosial, atau menyumbang pembangunan fasilitas umum.

 Hikmah:

Melatih kepekaan sosial dan mempererat ukhuwah antar sesama tanpa melihat status.


 2. Sedekah kepada orang buta atau cacat — pahala 90 kali lipat

 "Wahidatun bitis‘īna, wa hiya ‘alal a‘mā wal mubtalā."

Makna:

Memberi kepada mereka yang memiliki kekurangan fisik menunjukkan kasih sayang yang tinggi. Mereka termasuk golongan yang sulit berusaha seperti orang pada umumnya.

Contoh:

Memberikan alat bantu jalan, membantu penyandang disabilitas, atau mendukung pelatihan kerja bagi difabel.

 Hikmah:

Menumbuhkan empati mendalam dan rasa syukur atas nikmat sehat yang dimiliki.


 3. Sedekah kepada kerabat yang membutuhkan — pahala 900 kali lipat

 "Wahidatun bitis‘mi’ah, wa hiya ‘ala dzī qarābah muhtāj."

 Makna:

Sedekah kepada keluarga miskin memiliki dua keutamaan: menyambung silaturahmi dan membantu sesama. Karena itu, pahalanya jauh lebih besar.

 Contoh:

Membantu biaya sekolah keponakan yatim, menanggung kebutuhan keluarga yang sedang kesulitan, atau mengirim bantuan untuk saudara di kampung.

 Hikmah:

Menumbuhkan keharmonisan keluarga, menghilangkan iri hati, dan memperkuat ikatan darah dalam ridha Allah.


 4. Sedekah kepada kedua orang tua — pahala 100.000 kali lipat

Wahidatun bimi’ati alf, wa hiya ‘alal abawain."

Makna:

Orang tua adalah sebab keberadaan kita dan telah berkorban sejak lahir hingga dewasa. Karena itu, berbakti kepada orang tua melalui sedekah mendatangkan pahala yang luar biasa besar.

Contoh:

Memberi nafkah, membantu kebutuhan sehari-hari mereka, atau mengirim hadiah kecil yang membuat hati mereka senang.

Hikmah

Mendatangkan ridha Allah, membuka pintu rezeki, dan menjadi sumber keberkahan hidup dunia akhirat.


5. Sedekah kepada ulama atau ahli fikih — pahala 900.000 kali lipat

 "Wahidatun bitis'i miatialf, wa hiya ‘alā ‘ālim aw faqīh."

 Makna:

Ulama dan ahli fikih adalah penjaga agama, penyampai ilmu, dan penerus perjuangan para nabi. Memberi kepada mereka berarti mendukung keberlangsungan ilmu dan dakwah.

 Contoh:

Memberi hadiah kepada guru ngaji, membantu pondok pesantren, atau mendukung kegiatan dakwah dan pendidikan Islam.

 Hikmah:

Menjadi jalan turunnya keberkahan ilmu, memperkuat lembaga keilmuan Islam, dan mengalirkan pahala jariyah tanpa henti.

 

Kesimpulan

Imam As-Suyuthi mengajarkan bahwa nilai sedekah tidak hanya diukur dari jumlah harta, tetapi juga kepada siapa sedekah itu diberikan. Semakin tinggi kedudukan orang yang menerima (dalam pandangan syariat dan akhlak), semakin besar pula pahala yang dijanjikan.

Sedekah kepada orang tua dan ulama mendapat tempat tertinggi, karena keduanya menjadi sebab kebaikan dunia dan akhirat.

Mari jadikan sedekah sebagai bagian dari gaya hidup harian. Mulailah dari yang kecil — senyum, bantuan tenaga, atau doa. Karena sedekah yang tulus akan menjadi cahaya di dunia dan tabungan di akhirat.

 “Tidak akan berkurang harta karena sedekah.”

(HR. Muslim)

Baca selengkapnya ...

23 October 2025

Resume Materi Bahasa Indonesia Kelas 3 MI


Merumuskan Ide Pokok dan Menyebutkan Masalah yang Dihadapi Tokoh Cerita

A. Pengertian Ide Pokok

Ide pokok adalah gagasan utama atau pokok pikiran yang menjadi inti dari sebuah paragraf.


Biasanya ide pokok berisi hal yang paling penting yang ingin disampaikan oleh penulis.

Ciri-ciri ide pokok:

1. Mengandung inti pembahasan dari paragraf.

2. Dapat ditemukan di awal, tengah, atau akhir paragraf.

3. Jika kalimat pendukung dihapus, makna utama masih bisa dipahami.

4. Tidak terlalu panjang, hanya berupa satu gagasan utama.

Contoh: Paragraf:

       Setiap hari Rina membantu ibu menyapu halaman rumah. Ia melakukannya dengan senang hati agar rumah terlihat bersih dan rapi.

 Ide pokoknya: Rina rajin membantu ibu membersihkan rumah.

B. Cara Menemukan Ide Pokok

1. Baca seluruh paragraf dengan cermat.

2. Tentukan kalimat utama yang berisi hal pokok.

3. Abaikan kalimat penjelas yang hanya mendukung ide utama.

4. Rumuskan ide pokok dengan bahasa sendiri agar lebih mudah dipahami.

C. Pengertian Tokoh dan Masalah dalam Cerita

Dalam sebuah cerita terdapat tokoh, yaitu orang atau makhluk yang melakukan peran dalam cerita.

Tokoh biasanya mengalami masalah atau konflik yang menjadi bagian penting dari jalan cerita.

Masalah tokoh adalah halangan, kesulitan, atau tantangan yang dihadapi oleh tokoh dalam mencapai tujuannya.

Contoh: Cerita:

Dika ingin memenangkan lomba menggambar. Namun, pensil warnanya hilang sehingga ia sedih dan hampir menyerah.

 Masalah tokoh: Dika kehilangan pensil warna sehingga tidak bisa menggambar.

D. Cara Menyebutkan Masalah Tokoh Cerita

1. Baca dan pahami isi cerita.

2. Kenali siapa tokohnya.

3. Perhatikan peristiwa yang membuat tokoh sedih, bingung, atau kesulitan.

4. Tuliskan masalahnya dengan kalimat sederhana.

E. Contoh Latihan Soal

1. Paragraf:

         Setiap pagi, Beni berangkat sekolah lebih awal agar tidak terlambat. Ia selalu menyiapkan tas dan buku sejak malam hari.

Apa ide pokok paragraf tersebut?

Jawaban: Beni rajin berangkat sekolah lebih awal.

2. Cerita:

        Sinta ingin membantu ibunya memasak, tetapi ia tidak bisa menyalakan kompor.

 Apa masalah yang dihadapi tokoh?

Jawaban: Sinta tidak bisa menyalakan kompor.

F. Kesimpulan

Ide pokok adalah inti dari paragraf atau gagasan utama yang dibahas penulis.

Masalah tokoh adalah kesulitan yang dialami tokoh dalam cerita.

Untuk memahami teks dengan baik, kita perlu bisa menemukan ide pokok dan menyebutkan masalah tokoh dengan tepat.

-------------------------------------------------

A. Soal Pilihan Ganda

(Pilihlah jawaban yang paling tepat!)

1. Ide pokok adalah ...

a. kalimat yang paling panjang dalam paragraf

b. inti atau pokok pikiran dari suatu paragraf

c. kata yang paling sering diulang

d. kalimat penjelas paragraf

Jawaban: b

2. Kalimat utama dalam paragraf biasanya berisi ...

a. hal-hal yang tidak penting

b. contoh-contoh dari topik

c. inti dari pembahasan paragraf

d. perasaan penulis

Jawaban: c

3. Paragraf:

         Setiap hari, Dita menyiram bunga di halaman rumah. Ia ingin bunganya tumbuh subur dan indah.

Ide pokok paragraf di atas adalah …

a. Dita suka bermain di halaman

b. Dita menyiram bunga setiap hari

c. Dita membeli bunga baru

d. Dita menanam pohon mangga

Jawaban: b

4. Cara menemukan ide pokok adalah dengan …

a. membaca cepat tanpa memahami

b. membaca lalu menulis semua kalimat

c. membaca dan mencari kalimat utama

d. menghapus semua kalimat penjelas

Jawaban: c

5. Tokoh dalam cerita adalah …

a. tempat terjadinya peristiwa

b. orang yang menceritakan kisah

c. orang atau hewan yang berperan dalam cerita

d. waktu kejadian berlangsung

Jawaban: c


6. Masalah tokoh dalam cerita berarti …

a. hal lucu yang dialami tokoh

b. peristiwa menyenangkan

c. kesulitan atau hambatan yang dialami tokoh

d. keinginan tokoh dalam cerita

Jawaban: c

7. Cerita:

          Lani ingin mengikuti lomba mewarnai di sekolah. Namun, krayonnya tertinggal di rumah

Masalah yang dihadapi Lani adalah …

a. Lani tidak bisa menggambar

b. Krayon Lani tertinggal di rumah

c. Lani tidak suka lomba

d. Lani sakit

Jawaban: b


8. Paragraf:

 Ayah menanam pohon mangga di belakang rumah. Ia merawatnya dengan menyiram dan memberi pupuk setiap minggu.

Ide pokok paragraf di atas adalah …

a. Ayah membeli pupuk di toko

b. Ayah merawat pohon mangga dengan baik

c. Ayah menyiram bunga setiap hari

d. Pohon mangga tumbuh di depan rumah

Jawaban: b


9. Tokoh utama dalam cerita biasanya …

a. muncul di awal saja

b. jarang terlihat

c. mengalami banyak peristiwa penting

d. tidak berperan penting

Jawaban: c


10. Cerita

           Edo ingin membantu ibunya mencuci piring, tetapi ia menjatuhkan piring hingga pecah.

Masalah yang dihadapi Edo adalah …

a. Edo tidak mau membantu ibu

b. Edo menjatuhkan piring hingga pecah

c. Edo pergi ke dapur

d. Edo mencuci piring dengan sabun

Jawaban: b


 B. Soal Uraian

(Jawab pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!)

1. Apa yang dimaksud dengan ide pokok?

2. Bagaimana cara menemukan ide pokok dalam paragraf?

3. Siapa yang dimaksud dengan tokoh dalam cerita?

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan masalah yang dihadapi tokoh cerita!

5. Cerita:

Riko ingin bermain bola di lapangan, tetapi hujan turun sangat deras.

Apa masalah yang dihadapi Riko?


Baca selengkapnya ...

16 October 2025

Kalimat Ajaib untuk Menumbuhkan Akhlak Mulia pada Anak


Dalam dunia pendidikan, akhlak merupakan pondasi utama yang membentuk kepribadian anak. Ilmu tanpa akhlak ibarat pohon tanpa buah — tinggi, namun tak memberi manfaat. Karena itu, pendidikan akhlak harus dimulai sejak dini, baik di rumah, sekolah, maupun madrasah.


Salah satu cara sederhana namun efektif untuk menanamkan akhlak adalah melalui “kalimat ajaib”, yaitu ucapan-ucapan singkat yang mengandung nilai sopan santun, kasih sayang, dan penghargaan terhadap sesama.

Ada beberapa kalimat ajaib yang sebaiknya dibiasakan oleh anak dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun tampak sederhana, kata-kata ini dapat membentuk karakter yang santun, rendah hati, dan berakhlak mulia.

 1. Tolong

Kata “tolong” menunjukkan rasa hormat dan kesadaran bahwa kita membutuhkan bantuan orang lain. Ajarkan anak untuk selalu mengucapkan “tolong” sebelum meminta sesuatu, agar tumbuh sikap sopan dan tidak merasa berhak atas segala hal.

 Contoh: “Tolong ambilkan buku, ya!”


2. Terima Kasih

Ucapan “terima kasih” adalah bentuk rasa syukur dan penghargaan kepada orang lain. Dengan membiasakan kata ini, anak belajar menghargai setiap kebaikan, sekecil apa pun.

 Contoh: “Terima kasih sudah membantu saya, Bu.”


3. Maaf

Kata “maaf” memiliki kekuatan besar dalam menjaga hubungan dan menghapus kesalahan. Anak yang terbiasa meminta maaf akan tumbuh menjadi pribadi rendah hati dan tidak egois.

Contoh: “Maaf, saya tidak sengaja menabrak.”


 4. Permisi

Kata “permisi” melatih anak untuk menghargai privasi dan kenyamanan orang lain. Mengucapkannya sebelum masuk ruangan atau melewati orang lain adalah bentuk akhlak sopan santun yang tinggi.

 Contoh: “Permisi, boleh saya lewat?”


5. Bismillah dan Alhamdulillah

Kedua kata ini menanamkan nilai keimanan yang kuat.

“Bismillah” mengajarkan anak untuk memulai segala aktivitas dengan niat baik dan mengingat Allah.

“Alhamdulillah” mengajarkan rasa syukur atas hasil apa pun yang diperoleh.



 6. Salam

Ucapan “Assalamu’alaikum” bukan sekadar sapaan, tapi doa keselamatan bagi sesama. Dengan membiasakannya, anak belajar menebar kedamaian dan cinta kasih.


Dalam format yang lain, madrasah juga bisa menerapkan konsep 5 S 

Senyum, Salam, Sapa dan Sopan Santun

Selain kalimat -kalimat utama di atas, berikut beberapa kalimat bijak yang bisa memotivasi pendidikan akhlak anak di madrasah:

“Adab lebih tinggi dari ilmu.”

“Jujur itu berani.”

“Senyummu adalah ibadah.”

“Hormati guru, niscaya ilmumu berkah.”

“Allah selalu melihat, meski tak ada yang memperhatikan.”


Kalimat-kalimat tersebut dapat ditempel di dinding kelas, dibacakan dalam apel pagi, atau dijadikan tema harian agar anak terbiasa dengan nilai-nilai luhur dalam keseharian.

Mendidik akhlak anak bukan sekadar mengajarkan teori, melainkan menanamkan kebiasaan kecil yang membentuk hati dan perilaku. Kalimat ajaib seperti tolong, maaf, permisi, dan terima kasih adalah kunci sederhana untuk membangun generasi yang beradab dan berkarakter.

Mari bersama-sama — orang tua, guru, dan masyarakat — membiasakan anak untuk berkata baik, berperilaku santun, dan meneladani akhlak Rasulullah ﷺ dalam setiap langkahnya.

 “Pendidikan akhlak tidak dimulai dari buku, tetapi dari ucapan dan teladan setiap hari.”


Baca selengkapnya ...

11 October 2025

Upacara Pemberangkatan Kontingen Kudus dalam Pekan Madaris RMI NU Jawa Tengah

 

Kudus, 11 Oktober 2025 — Suasana penuh semangat dan kekhidmatan menyelimuti Musholla Kantor PCNU Kabupaten Kudus pada Sabtu pagi, 11 Oktober 2025. Tepat pukul 10.00 WIB, dilaksanakan Upacara Pemberangkatan Kontingen Pekan Madaris RMI NU Kabupaten Kudus yang akan berlaga di ajang Pekan Madaris RMI NU Jawa Tengah 2025 di Kabupaten Jepara.

Acara dibuka dengan pembacaan tahlil singkat sebagai bentuk doa bersama untuk keselamatan dan keberkahan perjalanan para peserta. Setelah itu, rangkaian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari para pimpinan NU dan RMI Kudus.

Dalam sambutannya, perwakilan dari RMI NU Kabupaten Kudus menyampaikan pesan inspiratif kepada para peserta.

 “Adik-adik yang saya banggakan karena kalianlah yang ikut menjaga dan merawat tradisi Kota Kudus sebagai Kota Santri. Tunjukkan bahwa santri Kudus mampu berprestasi di tingkat Jawa Tengah,” ujarnya penuh semangat.

Beliau juga menyampaikan harapan agar kontingen Kudus dapat meraih hasil terbaik dan membawa pulang prestasi membanggakan untuk daerah tercinta. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada BAZNAS Kabupaten Kudus atas dukungan dan partisipasinya dalam memberangkatkan para peserta.


Selanjutnya, KH Assrofi Masyito Ketua PCNU Kabupaten Kudus turut memberikan sambutan sekaligus suntikan motivasi kepada seluruh kontingen.

Dengan pekik semangat “Kudus menang, Kudus juara! Kita harus punya semangat dan tekad kuat untuk menjadi juara,” tegasnya.

Beliau berharap agar para santri yang berangkat tidak hanya berkompetisi untuk menang, tetapi juga menjadi penerus yang membanggakan Kudus dan mampu menjadi duta santri yang membawa nama baik daerah di tingkat provinsi.

Menjelang keberangkatan, acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh KH Shodiqun, mewakili BAZNAS Kabupaten Kudus. Doa bersama tersebut menjadi penutup yang penuh harapan agar seluruh peserta diberikan keselamatan, kelancaran, dan kesuksesan selama mengikuti kegiatan Pekan Madaris di Jepara


Semangat untuk Kontingen Kudus! Dengan semangat Kudus Menang, Kudus Juara, para peserta diberangkatkan menuju Jepara, membawa harapan besar untuk mengharumkan nama Kudus sebagai Kota Santri yang berprestasi dan berbudaya.

Baca selengkapnya ...

05 October 2025

RANGKUMAN MATERI PPKn KELAS 3 MI

 Berikut ini kami sampaikan resume materi Pancasila kelas 3MI untuk Asesmen aTengah Semester Gasal


Silakan dipelajari :

 1. Aku dan Temanku

🔹 Mengenal Diri dan Teman

Setiap orang punya nama, alamat, dan asal daerah berbeda.

Kita harus bangga dengan diri sendiri dan keluarga.

Perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tapi dihargai.

🔹 Menghargai Perbedaan

Indonesia punya banyak suku, bahasa, agama, dan budaya.

Semua tetap bersatu dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Sikap yang baik: menghormati teman yang berbeda agama, bahasa, dan kebiasaan.

Jangan mengejek teman karena perbedaan.

🔹 Sikap di Rumah dan Sekolah

Di rumah: bantu orang tua, hormat pada keluarga, jujur dan disiplin.

Di sekolah: bekerja sama, mematuhi aturan, dan saling menghormati.

Di masyarakat: ikut gotong royong, menjaga kebersihan, menghargai tetangga

 2. Tempat Tinggalku

🔹 Mengenal Lingkungan

Kita tinggal di RT, RW, desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi.

Lingkungan harus dijaga bersama agar bersih, aman, dan rukun.

Contoh sikap baik: tidak membuang sampah sembarangan, membantu tetangga, dan ikut kerja bakti.

🔹 Hidup Rukun di Lingkungan

Rukun artinya hidup damai dan saling tolong-menolong.

Kerukunan membuat lingkungan nyaman.

Jangan bertengkar, jangan iri, dan selalu berbagi kebaikan.

🔹 Menjaga Persatuan dan Kesatuan

Indonesia terdiri dari banyak daerah, suku, dan bahasa.

Kita harus bangga menjadi bagian dari NKRI.

Sikap cinta tanah air:

Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.

Menghormati bendera Merah Putih dan lambang negara.

Menyanyikan lagu kebangsaan dengan semangat.


 3. Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan

Contoh Sikap dalam sila Pancasila 

 1. Ketuhanan Yang Maha Esa Berdoa, beribadah, menghargai agama orang lain.

 2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Menolong teman, tidak membeda-bedakan.

3. Persatuan Indonesia Cinta tanah air, menjaga kebersamaan.

 4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Bermusyawarah, menghargai pendapat orang lain.

 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Adil, tidak pilih kasih, berbagi dengan sesama


 4. Nilai Karakter yang Harus Diterapkan

✅ Gotong royong

✅ Disiplin

✅ Jujur

✅ Tanggung jawab

✅ Toleransi

✅ Cinta tanah air

✅ Menghargai perbedaan


Pesan Penting

"Kita boleh berbeda, tapi tetap satu tujuan — menjaga persatuan dan kebersamaan di rumah, sekolah, dan lingkungan.”

Baca selengkapnya ...

Resume Materi Al-Qur’an Hadis untuk Asesmen Bersama

Berikut ini kami sampaikan resume materi Al-Qur'an Hadist kelas 3 MI dalam menghadapi Asesmen Tengah Semester Gasal, silakan dipelajari:


1. Hukum Bacaan Qalqalah

Pengertian Qalqalah: getaran atau pantulan suara ketika membaca huruf qalqalah.

Huruf Qalqalah: ق ط ب ج د (ingat dengan istilah “Quthbu Jad”).

Jenis Qalqalah:

1. Qalqalah Sugra: terjadi ketika huruf qalqalah berharakat sukun di tengah atau akhir kata (contoh: أَجْرٌ).

2. Qalqalah Kubra: terjadi ketika huruf qalqalah mati karena waqaf di akhir bacaan (contoh: الْحَقّ).

Fungsi Qalqalah: membantu pembaca Al-Qur’an agar jelas, fasih, dan tidak rancu dalam pengucapan.


2. Ilmu Tajwid

Ilmu Tajwid: ilmu yang mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai makhraj dan sifat huruf.

Tujuan Mempelajari Tajwid:

1. Agar bacaan Al-Qur’an lebih fasih dan indah.

2. Menghindari kesalahan dalam membaca.

3. Memuliakan Al-Qur’an sesuai tuntunan.


3. Surah Al-Fatihah

Jumlah ayat: 7 ayat.

Nama lain: Ummul Kitab, Ummul Qur’an, Sab’ul Matsani.

Pokok Isi Surah Al-Fatihah:

1. Tauhid dan pengakuan bahwa Allah adalah Rabb semesta alam.

2. Permohonan pertolongan dan petunjuk kepada Allah.

3. Doa agar diberi jalan yang lurus.

Kandungan utama: Doa, pujian kepada Allah, permohonan hidayah.


4. Surah An-Nas

Jumlah ayat: 6 ayat.

Pokok Isi Surah An-Nas:

1. Perintah berlindung kepada Allah (Rabb, Malik, dan Ilah manusia).

2. Perlindungan dari godaan setan yang bersembunyi di hati manusia.

3. Setan bisa dari golongan jin dan manusia.

Kandungan utama: Doa perlindungan dari segala macam kejahatan.

5. Nilai yang Dapat Diamalkan

a). Membaca Al-Qur’an dengan tartil dan penuh penghayatan.

b). Memahami hukum bacaan tajwid (seperti qalqalah) agar bacaan benar.

c). Mengamalkan doa-doa dalam Surah Al-Fatihah dan An-Nas dalam kehidupan sehari-hari:

c). Senantiasa memohon petunjuk Allah.

d). Selalu berlindung kepada Allah dari godaan setan.


Baca selengkapnya ...

21 September 2025

Senandung Cinta untuk Baginda Nabi

 

Ahad, 21 September 2025 menjadi hari yang penuh cahaya dan keberkahan bagi keluarga besar MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah Kudus. Bertempat di Aula Balai Desa Undaan Tengah, madrasah menyelenggarakan sebuah acara istimewa bertajuk “Senandung Cinta untuk Baginda Nabi Muhammad SAW.

Acara dibuka dengan penuh khidmat melalui lantunan bacaan Al-Fatihah sebagai pengantar doa untuk keselamatan bersama. Suasana semakin syahdu ketika dua siswi kelas 5, Rara dan Fida, dengan suara emasnya melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Bacaan merdu mereka menghadirkan ketenangan sekaligus menjadi bukti nyata keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler tilawah yang secara rutin diselenggarakan MI NU Miftahul Falah setiap hari Jum’at.

Setelah itu, hadirin diajak larut dalam bacaan maulid Al-Barzanji, mengingat kembali kisah agung kelahiran Rasulullah SAW yang penuh dengan hikmah dan teladan.

Dalam sambutannya, Bapak Ahmad Yunus, M.Pd., selaku Kepala Madrasah, menyampaikan pentingnya menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan utama, khususnya dalam hal akhlakul karimah. Menurut beliau, akhlak mulia Nabi adalah puncak keteladanan yang harus terus diwariskan kepada generasi penerus.

Beliau juga mengingatkan kembali sejarah berdirinya Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, sebuah wadah perjuangan pendidikan yang telah berperan besar dalam mencetak generasi berilmu sekaligus berakhlak. Sejarah tersebut dihadirkan sebagai penguat semangat agar keluarga besar madrasah semakin teguh dalam melanjutkan perjuangan para pendahulu.

Tak lupa, pada kesempatan itu juga disisipkan doa khusus untuk memperingati Hari Jadi Kota Kudus ke-467. Harapan tulus dipanjatkan agar Kudus senantiasa dijaga Allah SWT, diberikan kedamaian, keberkahan, dan kesejahteraan lahir maupun batin bagi seluruh warganya.


Sebagai puncak acara, hadirin disuguhi penampilan indah dari Group Gambus Islami Rohatul Qulub asal Kudus. Grup ini digawangi oleh para Gus dan asatidz dari madrasah ternama di Kudus. Dengan penuh penghayatan, mereka menyajikan sholawat, syair-syair nasihat, dan lagu-lagu Islami berbahasa Arab maupun bahasa Indonesia yang mampu menggugah hati setiap pendengar.


Alunan musik islami berpadu dengan suara syahdu sholawat menjadikan suasana semakin hidup, menguatkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW, serta mempertebal syiar Islam di tengah masyarakat.


Acara “Senandung Cinta untuk Baginda Nabi Muhammad SAW” ini tidak hanya menjadi hiburan rohani, tetapi juga momentum berharga untuk memperkuat ukhuwah, meningkatkan rasa syukur, serta menanamkan kecintaan mendalam kepada Nabi Muhammad SAW di hati peserta didik, guru, maupun masyarakat.


Dengan semangat itu, MI NU Miftahul Falah berharap acara ini mampu menjadi tradisi yang terus berlanjut, sebagai bagian dari ikhtiar melahirkan generasi Qur’ani yang berilmu, berakhlak, dan cinta Rasulullah SAW

Baca selengkapnya ...

Guru yang lebih dari sekedar mengajar


Pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri: sebenarnya kita ini sedang berada di posisi yang mana sebagai seorang pendidik?


Banyak guru yang merasa cukup dengan datang ke kelas, menyampaikan materi, memberi tugas, lalu pulang. Itu artinya kita masih berada di tahap ta’līm — mengajar dalam arti paling dasar. Murid hanya menerima informasi, mendengar suara kita, mencatat, lalu menghafal. Tapi, sering kali semua itu hanya lewat di telinga tanpa sempat menempel di hati.


Kalau kita mulai melangkah sedikit lebih jauh, kita bukan hanya menyampaikan kata, tapi juga memberi makna. Kita tidak hanya berkata, “ini rumus, ini arti kata,” melainkan membantu murid memahami alasan di baliknya. Inilah yang disebut tafhīm. Ilmu yang awalnya hanya tulisan di papan tulis, berubah menjadi cahaya yang memberi arah, yang bisa mereka gunakan dalam hidup.


Namun perjalanan guru tidak berhenti di sana. Mengajar itu butuh kesabaran panjang. Saat kita sabar mendampingi anak-anak dalam proses pembiasaan, ketika kita menuntun mereka membangun akhlak, menanamkan nilai, dan membentuk karakter, maka sebenarnya kita sedang ada di tahap tarbiyah. Inilah fase di mana guru benar-benar hadir sebagai pengasuh jiwa.


Ada satu kisah sederhana. Seorang murid suatu hari tidak mengerjakan PR. Bukannya langsung dimarahi, gurunya justru bertanya pelan, “Kenapa tidak dikerjakan, Nak?” Ternyata si anak mengaku semalam membantu orang tuanya berjualan sampai larut. Dari situ sang guru mengerti bahwa pendidikan bukan hanya soal disiplin, tapi juga soal empati. Besoknya, si guru bukan hanya memberi PR baru, tapi juga menanamkan pelajaran tentang tanggung jawab—dengan cara yang lebih manusiawi. Itulah tarbiyah.


Lalu, ada tahap yang lebih tinggi lagi: ta’dīb. Di sini guru tidak hanya bicara, tapi memberi contoh. Murid belajar bukan hanya dari penjelasan, melainkan dari apa yang mereka lihat langsung. Ucapan kita sejalan dengan sikap kita, perintah kita disertai kasih sayang. Kadang, sebuah pelukan lebih bermakna dibanding seribu nasihat. Bahkan doa yang kita panjatkan, bisa jadi lebih kuat pengaruhnya dibandingkan semua metode mengajar yang kita kuasai.


Saya teringat cerita lain. Ada seorang guru yang setiap pagi menyapa murid-muridnya dengan senyum hangat, menyalami mereka satu per satu. Murid-murid merasa dihargai, merasa disayangi, bahkan sebelum pelajaran dimulai. Di kemudian hari, murid-murid itu meniru kebiasaan sang guru: mereka terbiasa menyapa, ramah, dan penuh hormat. Itulah contoh ta’dīb—teladan yang mengakar jauh lebih dalam dibandingkan sekadar teori di buku.


Nah, sekarang mari kita jujur pada diri sendiri.

Apakah kita sudah sampai pada peran sebagai teladan, atau masih sebatas penyampai materi?

Apakah kita sudah mendidik dengan cinta, atau masih hanya sekadar menegur dengan suara lantang?

Apakah kita sudah benar-benar menapaki jalan tarbiyah dan ta’dīb, atau jangan-jangan selama ini kita hanya mengajar sekadar memenuhi kewajiban, bahkan mungkin karena tuntutan jam ngajar semata?


Menjadi guru sejatinya bukan hanya soal rutinitas, tapi soal dedikasi. Bukan sekadar menyampaikan, tapi menghidupkan ilmu. Bukan hanya tentang memberi tahu, tapi juga menuntun dengan hati.

Mari kita bayangkan: suatu hari, murid-murid kita sudah dewasa, sukses dengan jalannya masing-masing. Ketika mereka mengenang masa sekolah, guru seperti apa yang akan mereka sebut namanya dengan penuh haru? Guru yang hanya menyuruh dan menegur, atau guru yang mengasihi dan menginspirasi?


Kita tidak pernah tahu doa murid mana yang menembus langit karena didikan kita. Bisa jadi senyum sederhana yang kita berikan hari ini menjadi alasan Allah memudahkan jalan mereka esok.


Maka, mari terus berbenah. Jadilah guru yang dirindukan, bukan hanya guru yang diingat. Jadilah cahaya yang menuntun, bukan sekadar suara yang lewat di telinga. Karena sejatinya, guru yang baik bukan hanya mencetak murid pintar, tetapi juga menumbuhkan manusia yang berakhlak mulia.

Baca selengkapnya ...

17 September 2025

Urgensi Kolaborasi Pilar Pendidikan

 

Mendidik anak itu bukan perkara instan. Ia bukan seperti mie instan yang cukup diseduh lima menit, lalu siap disantap. Pendidikan sejati adalah sebuah proses panjang, kadang melelahkan, tapi penuh makna. Ia butuh kesabaran, pembiasaan yang konsisten, dan tentu saja keikhlasan hati.

Pendidikan tidak hanya dimulai dari kelas atau madrasah. Justru akar pendidikannya berawal sejak dini di rumah—dari teladan orang tua—dan tumbuh subur dalam lingkungan yang mendukung. Dalam Islam, mendidik anak adalah amanah besar. Allah memuliakan para guru, mengangkat derajat orang-orang berilmu, dan memberi keutamaan kepada mereka yang sabar dalam mendidik. Tapi, sebesar apa pun peran guru, pendidikan anak tidak akan pernah utuh tanpa campur tangan orang tua.


Ibarat tanaman, madrasah bisa menanam benih, guru bisa menyiram, tapi ladangnya tetap rumah. Orang tualah yang setiap hari merawat akar, batang, dan daun agar tumbuh kuat. Karena itu, tiga pilar utama pendidikan anak—madrasah, keluarga, dan lingkungan—tidak boleh berjalan sendiri-sendiri.


Sayangnya, masih ada orang tua yang beranggapan bahwa tugas mendidik sepenuhnya ada di guru. Anak dititipkan ke madrasah, lalu seolah selesai urusan. Padahal, pendidikan sejati justru dimulai ketika anak pulang ke rumah. Misalnya, guru sudah menanamkan disiplin dengan membiasakan datang tepat waktu, tapi kalau di rumah anak dibiarkan tidur larut malam dan bangun kesiangan, maka benih disiplin itu akan mudah layu.


Atau contoh lain, di madrasah anak diajarkan untuk berkata jujur. Namun, jika di rumah ia melihat orang tuanya berbohong kecil—misalnya bilang ke tamu, “Bilang saja Ayah tidak ada,” padahal sedang di kamar—pesan kejujuran akan goyah. Anak belajar bukan hanya dari apa yang ia dengar, tapi lebih kuat dari apa yang ia lihat.


Di sinilah pentingnya sinergi. Orang tua bukan penonton, melainkan mitra utama guru dalam mendidik. Pembiasaan akhlak, adab, tanggung jawab, dan semangat belajar tidak bisa hanya dengan ceramah. Anak-anak butuh contoh nyata. Ketika mereka melihat guru dan orang tua seirama dalam sikap dan nilai, maka pendidikan akan tertanam kuat dalam dirinya.


Mendidik bukan pekerjaan sehari dua hari, melainkan perjalanan seumur hidup. Setiap orang tua perlu membuka hati, belajar, dan menyadari bahwa mendidik anak adalah ibadah. Anak-anak tidak menunggu kita sempurna untuk mulai belajar dari kita. Mereka belajar dari setiap usaha kita, bahkan dari kesalahan yang kita akui dengan jujur.


Mari kita renungkan bersama: 

Sudahkah kita membiasakan kebaikan di rumah seperti di madrasah?

Sudahkah kita menjadi teladan, bukan sekadar penyuruh?

Sudahkah kita bersinergi dengan guru, bukan malah saling melempar tanggung jawab?

Ingatlah, pendidikan tidak bisa dibangun dalam semalam, tetapi bisa runtuh seketika bila kita abai. Anak adalah cermin. Ia merekam bukan hanya pelajaran dari buku, tapi juga ucapan dan perbuatan kita sehari-hari.

Semoga kita diberi kekuatan untuk menjadi pendidik sejati—bukan hanya di kelas, tapi juga di rumah, di lingkungan, bahkan dalam setiap napas kehidupan kita. Karena mendidik bukan sekadar membentuk anak menjadi pintar, tapi menumbuhkan generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.

Baca selengkapnya ...

15 September 2025

Program Itu Penting, Tapi bingkailah dengan Cinta

 

Dalam dunia pendidikan, kita sering sibuk membuat rencana atau program. Ada program kerja, jadwal kegiatan, sampai target-target yang harus dicapai. Semua itu memang penting. Tanpa rencana, langkah kita bisa limbung, arah kabur, tujuan pun hilang.

Tapi ada sesuatu yang lebih halus, yang sering tidak terlihat di kertas kerja, tapi sangat menentukan: cinta.


Apakah Guru Sudah Bahagia?

Pernahkah kita bertanya: apakah guru yang setiap hari berdiri di depan kelas benar-benar bahagia? Jangan-jangan mereka mengajar sambil menahan letih, tapi tak pernah ada ruang untuk sekadar didengar. Begitu juga dengan siswa, apakah mereka merasa nyaman? Apakah sekolah benar-benar terasa seperti rumah?


Contohnya, ada sekolah yang sibuk menambah jam pelajaran, tapi lupa memberi ruang bermain. Akhirnya siswa jadi cepat jenuh, bahkan malas ke sekolah. Padahal, sedikit waktu untuk mendengar aspirasi mereka bisa membuat suasana jadi berbeda.


Dengarkan Sebelum Menyuruh

program yang hebat tidak akan berarti tanpa mendengar suara guru, siswa, bahkan wali murid. Di satu madrasah kecil, pernah ada kepala sekolah yang setiap pagi menyapa satu per satu guru, lalu bertanya ringan: “Ada yang bisa saya bantu hari ini?” Ternyata sapaan sederhana itu membuat guru merasa dihargai, dan semangat mengajar pun meningkat.


Ikhlas  dan cinta itu bahan bakar

Banyak program gagal bukan karena idenya jelek, tapi karena kurang ikhlas. Cinta membuat semua terasa ringan, walau dikerjakan dengan keterbatasan. Misalnya, lomba literasi yang awalnya sederhana dengan modal seadanya bisa jadi meriah karena semua guru terlibat dengan hati.


Semua Orang Punya Peran

Cinta itu memanusiakan manusia. Dari operator yang sibuk di ruang TU, guru yang tiap hari mengajar, sampai penjaga kebersihan yang diam-diam menjaga kenyamanan kelas. Tanpa mereka, rencana tinggal rencana, program tinggal program yang hanya tertulis di buku , hanya terpajang di papan kantor. Pernah ada sebuah madrasah yang sukses menggelar acara besar, dan di akhir kegiatan kepala sekolah justru memberikan apresiasi khusus kepada penjaga sekolah. Itu membuat semua merasa “punya tempat” dalam perjuangan.


Disiplin dengan Cinta

Program butuh ketegasan, tapi cinta membuat tegas tidak harus marah-marah. Guru bisa menegur siswa dengan lembut tapi tetap tegas, dan justru itu lebih membekas. Seperti seorang guru yang menegur siswanya dengan kalimat, “Nak, kamu itu pintar, tapi kalau terus terlambat, sayang sekali bakatmu tertutup oleh kebiasaanmu.” Teguran penuh cinta seperti itu jauh lebih efektif daripada teriakan.


Rapatkan Barisan, Bukan Cuma Rapat Rutin

Kekompakan tidak lahir dari daftar hadir rapat, tapi dari rasa saling percaya. Sekolah yang penuh cinta biasanya sering punya momen kecil di luar agenda formal: makan siang bareng, kerja bakti, atau sekadar ngopi bersama di kantin. Dari situ tumbuh kebersamaan yang nyata.


Hargai Proses, Bukan Hanya Hasil

Cinta mengajarkan kita untuk melihat perjuangan kecil sekalipun. Ada guru yang susah payah melatih anak-anak lomba meski akhirnya hanya juara harapan. Apakah kerja kerasnya tidak berarti? Justru di situlah cinta diuji: menghargai proses, bukan sekadar hasil akhir.


Silaturahmi Lebih dari Sekadar Koordinasi

Program berjalan di atas struktur, tapi cinta berjalan di atas hubungan. Seringkali, silaturahmi tanpa agenda resmi justru lebih menguatkan. Misalnya, kepala sekolah berkunjung ke rumah seorang guru yang sedang sakit. Itu bukan sekadar koordinasi, tapi bentuk cinta yang menyembuhkan.


Akhirnya, Jangan Lupa Doa

Kita boleh menyusun strategi dan program sebaik mungkin, tapi hasil akhirnya tetap bergantung pada rahmat-Nya. Cinta pada pendidikan membuat kita sadar bahwa yang menggerakkan hati murid, guru, dan semua pihak bukan hanya rencana dan program , tapi juga doa dan keberkahan

Jadi, rencana dan program itu memang penting. Tapi tanpa cinta, rencana hanyalah tulisan di atas kertas dan pajangan di papan kantor 

Cinta kepada lembaga, kepada guru, kepada anak-anak—itulah bahan bakar sejati yang menjadikan rencana hidup, bernyawa, dan bermakna.

Baca selengkapnya ...

14 September 2025

Semarak Maulid Nabi dan Penyerahan reward juara lomba


Ahad Wage, 14 September 2025 menjadi hari yang penuh berkah bagi keluarga besar Madin NU Irsyadul Aulad Assalafiyyah Undaan Lor. Dalam suasana penuh khidmat, madrasah ini menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara tersebut dihadiri oleh pengurus madrasah, dewan guru, serta para santri.

Hadir sebagai pemberi mauidhoh hasanah adalah K. Muhammad Bahauddin dari Kudus, atau yang akrab disapa Gus Bahauddin. Beliau dikenal dengan gaya ceramahnya yang lembut, komunikatif. Tidak hanya sekadar menyampaikan nasihat, Gus Baha juga pandai menyelipkan lagu-lagu sederhana yang membuat para santri larut dalam suasana, bahkan ikut menyenandungkan bersama.

Mauidhoh yang Menyentuh Hati

Dalam ceramahnya, Gus Baha menyampaikan bahwa mencintai Rasulullah SAW tidak cukup hanya dengan menggelar peringatan Maulid, tetapi harus diwujudkan dengan meneladani akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari serta memperbanyak sholawat 

Beliau mencontohkan dengan bahasa yang sederhana dan penuh humor khasnya:

"Kalau Nabi itu sabar, sampeyan kudu latihan sabar. Nabi itu ramah, sampeyan kudu ramah. Jangan mentang-mentang pinter, terus jadi sombong. Ilmu itu bakal manfaat kalau ditandangi nganggo akhlak."

Para santri semakin antusias karena Gus Baha menyampaikan pesan lewat kisah-kisah sahabat Nabi yang diselingi lagu-lagu shalawat. Alunan nada yang lembut membuat pesan dakwah lebih mudah masuk ke hati anak-anak. Bahkan, banyak santri yang tampak terharu sekaligus gembira.


Prestasi di Pekan Madaris RMI NU Kecamatan Undaan

Selain peringatan Maulid, para santri Madin NU Irsyadul Aulad Assalafiyyah juga menorehkan prestasi gemilang dalam Pekan Madaris RMI NU Kecamatan Undaan yang berlangsung pada 24 Agustus 2025 di MI Raudlatut Tholibin Sambung, Undaan Kudus.

Berikut daftar juaranya:

Juara 1

Hafalan Amsilah Tashrifiyyah (Putri): Gladis Kemala Candra

Lomba Cerdas Cermat Ke-NU-an (Beregu):

1. Khansa Amalia Putri Adila

2. Aaqila Najma Labiqs

3. Nabila Putri Annisa Priselia

Juara 2

Tahfidz Surah Yaasin (Putra): Muhammad Arya Ulin Nuha

Baca Kitab Kuning (Putra): M. Daffa

Imla’ Pegon (Putri): Alisha Khairinniswa

Juara 3

Imla’ Pegon: Alzam Hukama Adalard

Puitisasi Madin (Putra): Rakhmat Akmal Pratama

Taqdimul Qissoh (Putra): Muhammad Fahri Rozaqul Akbar

Puitisasi Madin (Putri): Syubanul Laila Ramadhani


Prestasi Tingkat Kabupaten Kudus

Tak berhenti di tingkat kecamatan, tim Cerdas Cermat Ke-NU-an Madin NU Irsyadul Aulad Assalafiyyah berhasil melaju ke Pekan Madaris RMI NU tingkat Kabupaten Kudus pada 7 September 2025. Bertempat di Gedung Muslimat NU Kudus dan SD Unggulan Muslimat Kudus, mereka kembali meraih Juara 1 dalam LCC Ke-NU-an.

Tim tersebut terdiri dari:

1. Khansa Amalia Putri Adilah

2. Aqila Najma Labiga

3. Nabila Putri Annisa Priselia

Sebagai bentuk apresiasi, dalam momen Maulid Nabi ini sekaligus digelar penyerahan sertifikat kejuaraan bagi para santri yang berprestasi, baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten. Tak hanya itu, madrasah juga memberikan reward berupa uang saku sebagai bentuk motivasi agar para santri semakin bersemangat belajar dan berjuang di ajang berikutnya.

Suasana haru dan gembira menyatu saat para santri satu per satu maju ke depan menerima penghargaan, disambut tepuk tangan para guru, pengurus, dan teman-teman mereka.

Siap Berlaga ke Tingkat Jawa Tengah

Dengan hasil tersebut, santri Madin NU Irsyadul Aulad Assalafiyyah akan mewakili Kudus dalam Pekan Madaris RMI NU tingkat Jawa Tengah yang akan digelar di Kabupaten Jepara pada 11–12 Oktober 2025 mendatang.

Semoga langkah para santri selalu dimudahkan Allah SWT, dan prestasi ini menjadi motivasi bagi seluruh santri untuk terus belajar, berjuang, dan berkhidmah melalui madrasah tercinta 

Baca selengkapnya ...

11 September 2025

Khansa Amalia, Wakil MI NU Miftahul Falah yang Siap Tampil di PORSEMA XIII Jawa Tengah

 Suasana penuh semangat benar-benar terasa di Pendapa Kabupaten Kudus pada Rabu (10/9/2025). Hari itu, Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, secara resmi melepas kontingen Pekan Olahraga dan Seni Ma’arif (PORSEMA) XIII yang akan berlaga di tingkat Jawa Tengah. Ajang bergengsi ini digelar pada 10–13 September 2025 di Kabupaten Wonosobo, menjadi momen penting bagi para siswa-siswi Ma’arif untuk menunjukkan bakat terbaik mereka.


Tak tanggung-tanggung, ada 343 atlet yang berangkat mewakili Kudus. Mereka adalah siswa-siswi pilihan dari berbagai jenjang pendidikan di bawah naungan LP Ma’arif PC NU Kabupaten Kudus. Dengan semangat kebersamaan, mereka siap bertanding dalam 28 cabang kejuaraan yang meliputi bidang olahraga maupun seni. Jumlah yang besar ini tentu menambah keyakinan bahwa Kudus punya potensi besar untuk bersaing di tingkat provinsi.


Dalam apel pemberangkatan, Pemkab Kudus memberikan pesan penyemangat kepada para atlet. Tidak hanya soal meraih kemenangan, namun juga bagaimana menjaga sportivitas dan menjunjung nilai-nilai kejujuran di setiap pertandingan. Harapannya, kontingen Kudus bisa tampil maksimal, membawa pulang prestasi, sekaligus mengharumkan nama daerah tercinta.


Di tengah semaraknya pelepasan itu, ada momen istimewa bagi salah satu peserta dari MI NU Miftahul Falah Undaan Tengah Kudus. Ananda Khansa Amalia Putri Adilah, yang akan tampil dalam cabang Pidato Bahasa Inggris, berkesempatan foto bersama Bupati Kudus. Didampingi guru pendampingnya, Khansa terlihat begitu semangat dan penuh optimisme untuk memberikan yang terbaik. Kehadirannya juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi madrasah dan teman-teman sebayanya.


Semoga langkah para atlet muda ini menjadi awal dari torehan prestasi yang lebih besar. Dukungan masyarakat Kudus pun diharapkan bisa terus mengalir, agar semangat mereka semakin membara saat berlaga di Wonosobo. PORSEMA XIII bukan hanya soal kompetisi, tapi juga ajang silaturahmi, belajar menghargai perbedaan, dan mengasah potensi generasi muda NU untuk masa depan yang lebih cerah.

Baca selengkapnya ...

10 September 2025

Guru, dibalik senyumanmu

 

Pernahkah kita membayangkan, kalau seorang guru bisa jujur mengungkapkan isi hatinya? Mungkin ucapannya sederhana, lirih, tapi penuh makna:

“Aku juga lelah, Nak.

Namun aku simpan letihku dalam senyum, supaya kau tak melihat beratnya langkahku menuju kelas setiap pagi. Aku ikat lelahku dalam doa, agar semangatmu tak pernah padam hanya karena aku sedang payah.”



Ya, guru datang ke sekolah dengan segala tawakal. Tak jarang dengan perut kosong, pikiran penuh beban, tapi tetap berdiri tegak di depan kelas. Ia menyapa ramah, membimbing dengan sabar, dan menabur harapan lewat huruf demi huruf, lewat cerita-cerita kecil yang kelak membentuk karakter.


Ia mungkin jarang mendapat pujian, bahkan seringkali terlupakan, tapi hatinya luas karena sejak awal, ia tidak mencari sanjungan, melainkan keberkahan.


Guru bisa saja menyerah, duduk pasrah, membiarkan waktu berjalan tanpa peduli. Tapi tidak, ia memilih bertahan. Alasannya sederhana: ia yakin setiap anak adalah ladang pahala. Ilmu yang ditanamnya akan tumbuh menjadi pohon kebaikan yang rindangnya meneduhkan dunia.


Dan jika guru bisa berpesan kepada orang tua, mungkin pesannya cuma satu:

“Jangan biarkan aku berjuang sendirian"

Aku hanya punya waktu terbatas di sekolah. Jangan hanya menitipkan uang saku atau perlengkapan belajar. Tapi titipkan juga waktumu, perhatianmu, dan pelukanmu kepada anak-anak di rumah. Karena kami bukan pengganti orang tua, melainkan teman seperjuangan dalam mendidik.


Dan kepada para guru yang masih bertahan meski lelah, meski air matanya sering jatuh diam-diam di sajadah setelah seharian menguatkan anak-anak orang lain, percayalah…

Allah tahu semua letihmu. Allah tahu semua doamu.

Teruslah melangkah, walau kadang gemetar. Karena setiap kata yang kau ajarkan, setiap nasihat yang kau tanamkan, bukan sekadar pekerjaan, itu amal yang akan abadi.

Maka yakinlah…Lelahmu tidak pernah sia-sia, sebab di balik peluhmu, tumbuh generasi yang akan menerangi dunia.


Baca selengkapnya ...

07 September 2025

Pekan Madaris Madin RMI NU Kudus: Menjaga Tradisi Santri di Kota Santri


Kudus kembali mengukir sejarah dalam dunia pendidikan dan tradisi santri. Hari ini, Ahad, 7 September 2025, bertempat di Gedung Muslimat NU Kudus dan SD Unggulan  Muslimat NU Kudus digelar  Pekan Madaris Madin RMI NU Kabupaten Kudus. Acara ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus ruang aktualisasi bagi para santri madrasah diniyah se-Kabupaten Kudus.

Acara berlangsung khidmat dan penuh semangat. Hadir dalam kegiatan ini para peserta santri Madin se-Kabupaten Kudus, guru pendamping, kepala madrasah, pengurus RMI Kecamatan dan Kabupaten, serta para tokoh penting di antaranya Ketua BAZNAS Kudus dan Ketua Lazisnu Kudus, Pontren Kudus dan pengurus PCNU Kudus 


Sambutan Para Tokoh

Dalam kesempatan tersebut, beberapa tokoh menyampaikan pesan dan harapannya:

KH. Khifni Nasif M.E selaku pengurus RMI Kudus menekankan bahwa Pekan Madaris ini adalah sarana menjaga nilai dan tradisi santri di Kabupaten Kudus, yang sejak lama dikenal sebagai kota santri. “Kegiatan ini rutin. Tahun lalu MQK telah sukses terlaksana di kalangan pondok pesantren. Semoga kegiatan seperti ini bisa terus istiqomah,” ujarnya.

Dr. H. Kisbiyanto selaku perwakilan dari PCNU Kudus memberikan apresiasi tinggi. “Syukur dan selamat kepada RMI Kudus yang telah melaksanakan kegiatan ini. Sangat dinamis, beragam talenta, semoga banyak prestasi yang diraih,” ucapnya. Beliau juga menyinggung tentang migrasinya Madin dari Ma’arif ke RMI NU yang diharapkan membawa semangat baru. Sambutan beliau diakhiri dengan doa dan pembukaan resmi acara melalui bacaan Al-Fatihah.

Sementara itu, KH. Afif Noor dari PD Pontren menyampaikan penghargaan kepada pengurus yang telah berupaya keras menyukseskan acara ini. Beliau berharap kegiatan tersebut mampu meningkatkan semangat dan kreativitas anak-anak Madin agar lebih baik ke depannya.


Semangat Baru Santri Kudus

Pekan Madaris ini bukan sekadar lomba atau pertemuan rutin, melainkan sebuah ikhtiar menjaga marwah pendidikan diniyah yang telah menjadi ruh santri di Kudus. Dengan adanya wadah seperti ini, para santri memiliki ruang untuk berkreasi, berprestasi, sekaligus menguatkan identitas mereka sebagai generasi penerus yang berakar pada tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah.

Di akhir acara setelah usai semua perlomaan langsung diumumkan kejuaraan masing-masing lomba sekaligus penerimaan piala dan piagam penghargaan. Adapun daftar rekap kejuaraan sebagai gambar berikut:


Semoga kegiatan ini menjadi titik tolak semangat baru dalam pengembangan Madin di bawah naungan RMI NU, serta membawa berkah bagi santri, guru, dan seluruh masyarakat Kudus.

Baca selengkapnya ...

06 September 2025

Pekan Madaris Kudus 2025: Ajang Silaturahmi dan Prestasi Santri Diniyah


Kudus sebentar lagi bakal diramaikan oleh sebuah acara besar yang ditunggu-tunggu para santri. Ya, Pekan Madaris Tingkat Kabupaten Kudus 2025 resmi akan digelar pada Ahad, 7 September 2025 di SD Unggulan Muslimat NU Kudus.


Kegiatan ini diselenggarakan oleh Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU Kabupaten Kudus sebagai wadah untuk menggali potensi, minat, dan bakat santri madrasah diniyah se-Kabupaten Kudus yang tergabung dalam organisasi RMI.. Selain itu, Pekan Madaris juga menjadi momen silaturahmi antar-santri, guru, dan seluruh pengelola Madin, sehingga ukhuwah islamiyah semakin erat.


Dengan mengusung tema “Melestarikan Tradisi, Menyiapkan Generasi Santri yang Berprestasi untuk Membangun Negeri”, acara ini bukan sekadar lomba, tapi juga bagian dari upaya menjaga tradisi keilmuan sekaligus menyiapkan santri agar siap berkiprah di tengah masyarakat.

Pekan Madaris tahun ini menghadirkan banyak cabang lomba yang pastinya seru dan bermanfaat, di antaranya: Tahfidz Surat Yasin, Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK), Cerdas Cermat Ke-NU-an, Cipta Mars Madin NU (khusus guru), Puitisasi Santri Madin, Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ), Imla’ & Pegon Hafalan Amsilah Tasrifiyah, Taqdimul Qisshoh (bercerita), Lomba Rebana

Bisa kita bayangkan, satu tempat yang mempertemukan santri dari berbagai kecamatan, masing-masing unjuk kebolehan dengan ciri khasnya.

Pekan Madaris ini akan rutin diadakan dua tahun sekali. Tidak hanya untuk mencari juara, tapi lebih pada proses pembinaan dan penguatan karakter santri diniyah. Bagi para santri, ini saat yang tepat untuk menunjukkan kemampuan sekaligus belajar menghargai kerja keras teman-temannya.

Melalui acara ini, RMI NU Kudus berharap lahir generasi santri yang tidak hanya kuat dalam ilmu agama, tapi juga tangguh, kreatif, berdaya saing, dan siap mengabdikan diri untuk masyarakat dan bangsa.

Baca selengkapnya ...

04 September 2025

Madrasah, rumah kedua membangun karakter.

Madrasah yang hebat lahir dari suasana yang hangat, penuh semangat belajar, dan sarat dengan nilai-nilai keagamaan serta akhlak mulia. Nah, salah satu kunci untuk mewujudkan iklim positif itu adalah melalui pembiasaan baik yang dijaga secara konsisten (istiqomah).



Iklim positif di madrasah bukan cuma sekadar kelas yang ceria atau lingkungan yang rapi, tapi lebih dari itu: sebuah ekosistem yang menumbuhkan disiplin, empati, semangat gotong royong, dan rasa tanggung jawab. Dan percayalah, perubahan besar itu selalu dimulai dari hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari.

Kegiatan ziarah para pendiri dan sesepuh madrasah 


Bayangkan jika setiap pagi guru menyambut murid dengan senyum dan salam, anak-anak terbiasa antre dengan tertib, sebelum belajar mereka membersihkan kelas bersama-sama, atau rutin membaca Al-Qur’an di awal pelajaran. Kelihatannya sederhana, tapi jika dilakukan terus-menerus, dampaknya luar biasa. Anak-anak belajar disiplin, punya rasa peduli, dan terbiasa menanamkan kebaikan sejak dini.


Namun, ada satu hal penting yang tak boleh dilupakan: istiqomah. Tanpa konsistensi, semua pembiasaan itu hanya akan jadi formalitas. Karena itu, seluruh warga madrasah—guru, tenaga kependidikan, hingga siswa—perlu punya komitmen bersama. Pembiasaan baik harus jadi “napas” keseharian, bukan sekadar seremonial.


Guru punya peran penting lewat teladan nyata. Ketika guru menunjukkan sikap sabar, disiplin, dan penuh kasih, siswa pun akan menirunya. Begitu juga kepala madrasah, ketika mau menyapa dengan hangat, mendengar aspirasi, dan membuka ruang dialog, maka terciptalah rasa nyaman dan memiliki bagi semua. Nilai-nilai positif yang ditanamkan dengan cinta akan menjadikan madrasah seperti rumah kedua—tempat yang menentramkan sekaligus membangun karakter.


Maka mari kita bangun iklim positif madrasah bukan hanya lewat wacana indah, tapi lewat aksi nyata. Mulailah dari diri sendiri, dari hal kecil, lalu jaga dengan istiqomah. Biasakan yang benar, dan jangan biasakan yang salah.


Karena sejatinya, madrasah bukan hanya tempat mencari ilmu, tapi juga ladang menanam karakter yang akan tumbuh sepanjang hidup anak-anak kita. Dan ingat, istiqomah dalam kebaikan adalah kunci agar perubahan itu terus hidup dan berbuah manis.


Baca selengkapnya ...

03 September 2025

Prasangka baik pada gurunya anak kita


Menjadi orang tua itu ibarat menempuh perjalanan panjang tanpa henti. Setiap hari selalu ada pelajaran baru—mulai dari sabar menghadapi rengekan anak, bingung dengan sikapnya yang berubah-ubah, sampai rasa khawatir akan masa depannya.

Namun, di tengah semua itu ada satu kunci penting yang sering kita lupakan: prasangka baik (Husnudzon)



Anak bukan kertas kosong yang bisa kita corat-coret sesuka hati. Mereka punya keunikan, punya jalan, dan punya waktunya masing-masing. Maka, tugas kita adalah mendampingi dengan hati lapang, bukan menumpuk keluhan.


Kalau hati sedang lelah, jangan buru-buru mengeluh. Kalau doa terasa belum terkabul, jangan langsung menyalahkan. Ubah keluhan jadi doa. Ubah resah jadi penerimaan.


Karena setiap kata yang keluar dari mulut kita adalah doa untuk anak. Dan setiap prasangka yang kita tanam di hati, bisa jadi arah bagi perjalanan hidup mereka.


Tentang Restu pada Guru

Ada satu hal lagi yang tak kalah penting: hubungan hati kita dengan guru anak-anak.

Guru bukan sekadar pengajar di kelas. Mereka adalah mitra jiwa, orang yang ikut menitipkan ilmunya agar anak-anak tumbuh lebih baik.


Kalau orang tua sering curiga, mudah meremehkan, atau terburu-buru menaruh buruk sangka pada guru, jangan heran kalau anak juga kehilangan rasa hormat dan adab.


Ikhlaskan hatimu. Ridhoilah usaha guru. Siapa tahu, di balik nilai anak yang tak sesuai harapanmu, ada guru yang sedang menanamkan ketekunan dan akhlak.

Siapa tahu, di balik doa-doamu yang belum terkabul, ada guru yang terus mendoakan anakmu dalam diam. Maka, jangan buru-buru menyalahkan—lebih baik banyak berterima kasih.

Menjadi Orang Tua yang Bersangka Baik

Anak tidak butuh orang tua yang serba sempurna. Mereka hanya butuh orang tua yang sabar, tulus, dan mau terus belajar. Husnudzon kita kepada anak, kepada proses, dan kepada guru—itulah jalan menuju keberkahan.


Dengan prasangka baik, hati kita jadi ringan. Dengan prasangka baik, anak-anak tumbuh dalam pelukan restu dan kasih sayang yang tak bersyarat.

Do’a kita sederhana: : “Ya Allah, mampukan kami menjadi orang tua yang selalu memenuhi hati dengan prasangka baik, terutama kepada guru-guru anak kami.”

Dengan memenuhi adab kita sebagai orang tua terhadap guru anak-anak, semoga keberkahan ilmu senantiasa Allah limpahkanlah kepada kita selaku orang tua dan terkhusus  anak-anak 

Baca selengkapnya ...

29 August 2025

Kalau Saja Madrasah bisa Ngomong


Pernah nggak sih kepikiran, kalau saja madrasah bisa ngomong?

Mungkin ia bakal meneteskan air mata di pojok kelas, saat lampu-lampu sudah padam, dan semua orang pulang.


Bukan karena murid-muridnya nakal, tapi karena orang-orang yang ia cintai—guru dan kepala madrasah—kadang justru saling menjauh.

Padahal, tangan yang seharusnya saling merangkul, kadang malah sibuk melepaskan.


Ingat Niat Awal Kita

Waktu pertama kali menginjakkan kaki di madrasah ini, bukankah niat kita jelas?

Kita datang untuk membesarkan madrasah, meskipun itu berarti mengorbankan tenaga, waktu, bahkan air mata.

Lalu, kenapa kita saling menjauh?

Kenapa lidah jadi tajam, hati jadi sempit, dan ego lebih sering menang daripada kerendahan hati?


Madrasah Bukan Arena Persaingan

Mari ingat lagi: madrasah ini bukan gelanggang adu gengsi.Ini ladang perjuangan. Kita bukan rival, tapi satu barisan pejuang. Kita sama-sama lelah, sama-sama pernah menangis, sama-sama memikirkan masa depan murid-murid kita.

Apakah semua itu mau kita sia-siakan, hanya karena gengsi pribadi?

Guru dan Kepala Madrasah: Satu Tim

Buat guru, jangan pernah melihat kepala madrasah sebagai musuh.Ia juga manusia—lelah, bingung, dan memikul beban yang kadang tak terlihat.

Buat kepala madrasah, jangan pandang guru hanya sebagai bawahan. Mereka pejuang, yang ikut memanggul beban agar madrasah ini tetap hidup.

Kalau kita nggak kompak, itu sama aja kita sedang merobohkan rumah yang kita bangun dengan susah payah.

Kalau kita saling menjatuhkan, berarti kita sedang mengubur mimpi anak-anak yang berharap dari kita

Malu Sama Murid

Kita sering mengajarkan akhlak dan adab ke murid-murid. Tapi apa jadinya kalau kita sendiri justru tidak mampu menjaga itu di antara kita? Bukankah itu memalukan?Saatnya bersinergi, saatnya kompak dan bersatu  Mari kita turunkan suara. Mari kita lembutkan hati. Mari kita saling merangkul Bukan karena kita lemah, tapi karena kita ingin menang bersama.


Madrasah ini tidak akan besar karena satu orang hebat saja. Tapi akan jaya kalau semua kompak, bergandengan tangan, dan berjuang tanpa henti.


Karena pada akhirnya, yang Allah lihat bukan jabatan kita, tapi seberapa ikhlas kita menundukkan diri demi perjuangan suci.

Mari besarkan madrasah ini hanya karena-Nya. Bersama, insyaAllah madrasah kita akan selalu hidup, tumbuh, dan membawa cahaya bagi generasi mendatang.

Tulisan ini hanyalah sebagai warning, pepeling , peringatan dan bersifat preventif agar kita tidak terjebak dalam kondisi yang disebutkan dalam tulisan artikel tersebut 


Baca selengkapnya ...

28 August 2025

Madrasahku selalu dihati


Apa sih yang bikin sebuah lembaga jadi istimewa? Baik formal maupun non formal?

Bukan karena gedungnya tinggi, bukan juga karena fasilitasnya keren. Yang bikin istimewa justru ketika semua orang di dalamnya punya satu hati dan melangkah ke arah yang sama.


Guru-gurunya ngajar bukan cuma karena dapat upah atau gaji, tapi karena sayang sama ilmu dan peduli pada masa depan anak-anak.

Kepala madrasah juga memimpin bukan untuk gengsi , kehormatan dan jabatannya, tapi benar-benar sadar dan  ingin membawa semuanya menuju keberkahan.

Staf dan tenaga kependidikan pun kerja keras  bukan karena disuruh, tapi karena merasa ikut berjuang bareng-bareng.

Di sini, semua sadar kalau madrasah ini bukan milik pribadi siapa pun, pun bukan milik keluarga siapapun. Ini amanah dari Allah yang harus dijaga bersama. Ini amanah  dan estafet perjuangan para pendahulu, sesepuh yang telah mendirikan madrasah. 

Sungguh, madrasah adalah amanah. Bukan hanya amanah untuk mendidik, tetapi untuk menjaga nilai, membangun sistem, menyemai keikhlasan, dan menghidupkan ibadah di balik meja kelas, di balik laptop, bahkan di tengah tumpukan dokumen. Maka marilah kita luruskan niat, teguhkan langkah. Karena siapa pun yang hari ini mengabdi di madrasah dengan penuh cinta dan kesungguhan, sesungguhnya sedang membangun jalan menuju akhirat.

Tujuannya jelas: biar anak-anak tumbuh jadi generasi yang berakhlak mulia dan bermanfaat buat dirinya , keluarga,agama, bangsa dan negara 


Satu lembaga yang dirawat dengan cinta dan kesabaran. Satu hati yang saling menguatkan, bukan saling menyalahkan.. Satu tujuan yang nggak hanya mikir sukses di dunia, tapi juga keselamatan di akhirat.


Kalau masih ada guru yang rela ngalah demi kebersamaan, kalau masih ada kepala madrasah yang kerja keras meski nggak dipuji, kalau masih ada doa dan keikhlasan yang terus dipanjatkan—tenang aja, madrasah ini ( dengan kehendak Allah ) akan terus maju dan besar.

Karena di tempat yang penuh dengan ikhlas, doa, dan saling percaya, keberkahan pasti akan selalu hadir.

Dedikasi seperti ini yang harus selalu kita tanamkan dalam diri para stakeholder madrasah, agar kokohnya bangunan fisik  dan kokohnya semangat perjuangan ssaling menunjang keberhasilan visi misi madrasah yang dicanangkan tiap tahun pelajaran 
Baca selengkapnya ...

25 August 2025

Penguatan Calon Pengurus Ranting NU Sambung Periode 2025–2030


Kudus, 23 Agustus 2025 — Bertempat di Musholla Subulussalam Desa Sambung, Undaan, Kudus, Syuriah NU Sambung menggelar kegiatan penguatan calon pengurus untuk kepengurusan Ranting Nahdlatul Ulama (PR NU) Sambung masa khidmat 2025–2030. Acara tersebut dihadiri oleh jajaran Syuriah maupun Tanfidziah serta para calon pengurus yang akan mengemban amanah lima tahun mendatang.


Acara ini menjadi momentum penting dalam meneguhkan komitmen dan menata langkah organisasi NU di tingkat ranting agar lebih kokoh, guyub, dan bermanfaat bagi jamaah serta masyarakat sekitar.


Arahan Rois Syuriah NU Sambung




Dalam arahannya, Rois Syuriah NU Sambung, K. Ahmad Jazuli, mengingatkan kembali sejarah lahirnya Nahdlatul Ulama yang berdiri pada tahun 1926, jauh sebelum Indonesia merdeka. Menurutnya, perjuangan KH. Hasyim Asy’ari bersama para ulama terdahulu tidak hanya dalam merebut kemerdekaan, tetapi juga menjaga kemurnian aqidah ahlussunnah wal jamaah di tengah tantangan zaman.

Beliau menegaskan bahwa dalam perjalanan panjangnya, NU telah mengalami dinamika kepemimpinan dari para ulama, sufi, hingga tokoh-tokoh penggerak masyarakat. Hal tersebut menjadi teladan bagi pengurus saat ini untuk tetap menjaga semangat perjuangan namun tetap realistis dalam menjalankan amanah organisasi.


Pesan Kebersamaan dan Kerja Kolektif

Lebih lanjut, K. Ahmad Jazuli berpesan agar warga NU di Sambung selalu menjaga kekompakan, kerukunan, dan semangat dalam berorganisasi. Namun demikian, ia menekankan bahwa semangat itu harus disertai dengan perencanaan yang realistis.


 “Buatlah program yang paling mungkin terlaksana. Jangan sampai NU menjadi beban bagi anggota maupun pengurus. NU nggone wong akèh, disonggo wong akèh. Sebagai warga ranting, sak mlakune, minimal kumpul-kumpul tiyang NU. NU ampun ngantos dados beban, sami ugi kangge pengurus maupun anggota,” dawuh beliau.


Pesan tersebut menegaskan bahwa organisasi NU adalah wadah kebersamaan, sehingga program kerja harus dijalankan secara kolektif dan proporsional sesuai kemampuan.


Harapan ke Depan

Dengan adanya kegiatan penguatan ini, diharapkan para calon pengurus Ranting NU Sambung periode 2025–2030 semakin siap dalam menjalankan amanah. Baik dari jajaran Syuriah maupun Tanfidziah, semuanya diharapkan mampu menata program yang membumi, bermanfaat, serta memperkuat ukhuwah Islamiyah di tengah masyarakat.


Acara ditutup dengan doa bersama, seraya berharap semoga kepengurusan yang akan datang diberikan kelancaran, kekompakan, serta istiqamah dalam berkhidmat melalui NU demi kemaslahatan umat.

Baca selengkapnya ...
Designed Template By Blogger Templates - Powered by Kabarmadrasah.com