Madrasah hebat bermartabat- Lebih baik madrasah - Madrasah lebih baik

Breaking News

27 March 2019

MAWAQI’UL ULUM, FILOSOFI BELA DIRI YANG BERBUAH PRESTASI



http://www.kabarmadrasah.com/
Kudus, Kabarmadrasah.com - Geliat seni beladiri pencaksilat pagarnusa bergema di sebuah madrasah yang terletak di desa Medini, kecamatan Undaan, kabupaten Kudus. Adalah Ananda Fissilmi Kaffa, siswi MI NU Mawaqi’ul Ulum; madrasah dalam naungan Yayasan Ittihadul Ummah pimpinan H. Achmadi, S.Ag., M.Pd. baru saja memboyong piala emas dalam cabang pencaksilat putri di kejuaraan Porsema (Pekan Olah Raga dan Seni Ma’arif) tahun 2019 di kabupaten Kudus bulan Maret ini, sebelumnya siswi yang duduk di kelas IV ini juga memboyong piala emas dalam kejuaraan POPDA tahun 2018.

Mengutip motto dari pelatihnya, Muhammad Irwanto, mengatakan bahwa pagarnusa merupakan sarana memasyarakatkan seni dan budaya, serta mempertahankan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Untuk itu, pemuda yang telah setahun ditunjuk oleh Bapak Malichan, S.Pd.I (kepala MI NU Mawaqi’ul Ulum) sebagai pelatih ini benar-benar bertekad mengerahkan kemampuannya untuk mengajarkan jurus-jurusnya sebagai wujud pengabdian memasyarakatkan seni Pagarnusa.

Tentunya upaya yang dilakukan Bapak Malichan, S.Pd.I ini bisa jadi percontohan MI lain di kecamatan Undaan untuk memasukkan ekstrakulikuler pagarnusa dalam kegiatan di madrasah, mengingat hanya sekitar tiga sampai empat saja madrasah di kecamatan Undaan yang mengirimkan  kontingen pagarnusa di Porsema tingkat kecamatan, sebelum melaju ke tingkat kabupaten.

Baca Juga Artikel lainnya :


Sebenarnya dalam pencak silat, kita bisa mempelajari sebuah filosofi, bahwa mengalahkan lawan tidak harus dengan pertarungan. Jika sebuah konflik mampu diselesaikan dengan jalan berdiskusi dan saling memahami, maka mengapa konflik harus diakhiri dengan saling menyerang, saling melemahkan dan menjatuhkan. Maka dari itu mengapa gerakan silat lebih seperti tarian yang indah daripada seperti sebuah jurus yang mematikan. Kunci dari ilmu silat pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia, menuhankan Tuhan, dan menghormati alam. Jadi, dalam menghadapi konflik, penguasaan diri jauh lebih penting daripada penguasaan teknis. Mengontrol emosi diri sendiri dan emosi lawan, akan membuat konflik dapat diakhiri dengan mudah dan indah.
Dewan guru MI NU Mawaqi'ul Ulum Medini Undaan Kudus

Sebuah filosofi tentang ilmu padi, atau yang kita maknai sebagai ketawadhu’an juga tersimpul dari khat ‘La ghaliba illa billah’, tertera pada lambang pencaksilat pagarnusa mengajak kita untuk merefleksi pada konotasi lafal tersebut. Senada ‘La haula wala quwwata illa billah’, lafadz tersebut sangat pas untuk ikon bela diri. Supaya tidak takabur, supaya tetap merunduk dan tawadhu’, dengan slogan itu, pendekar tidak terlalu overdosis tujuan kemenangan. Bahwa di atas langit ada langit, meskipun seseorang sakti, tapi tidak boleh merasa sakti. Termasuk kepada musuh kita. Meskipun dia telihat sakti, tapi ketika tidak diridoi Allah, dia tidak akan berarti apa-apa. Dan satu hal yang harus tertanam dihati, bahwa 'musuh jangan dicari, tapi ketika ada musuh janganlah lari'. Satu hal yang sinkron dengan perwujudan kecintaan pada NKRI jikalau sewaktu-waktu kemampuan beladiri dibutuhkan sebagai garda untuk membantu membentengi musuh. Musuh berujud nampak, atau musuh berbentuk ideologi, sedangkan pendekar silat telah sebelumnya dilatih dan ditempa mawas serta mengendalikan hati juga emosi.  (Redaksi;Yani)

www.kabarmadrasah.com

Terima kasih telah membaca artikel ini, Semoga bermanfaat.
Jangan lupa baca artikel : KH. Ulil Albab Arwani pimpin Bimbingan Muqri' Yanbu'a
Anda juga dapat mengunjungi blog kami yang lain :
1. Yani di akarrantingdaun.blogspot.com
2. Suparno di suparno.web.id

Untuk melihat lebih jauh tentang semua postingan blog kabarmadrasah ini,, silakan kunjungi Daftar Isi ]

Semoga bermanfaat dan jangan lupa  klik tombol like dan Share Terima Kasih
Comments
0 Comments

No comments:

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Kabarmadrasah.com