Madrasah hebat bermartabat- Lebih baik madrasah - Madrasah lebih baik

Breaking News

30 March 2022

Sholawat Ilmu, keutamaan dan cara mengamalkan

 

Sholawat Ilmu


اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَجْعَلُنَا بِهَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا وَتَحْشُرُنَا بِعِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ فِي دُنْيَانَا وَأُخْرَانَا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

Allâhumma shalli ‘ala Sayyidinâ Muhammadin shalâtan taj’alunâ bihâ min ahlil ‘ilmi dhâhiran wa bâthinan wa tahsyurunâ bi’ibâdikas shâlihîna fî dunyânâ wa ukhrânâ wa ‘alâ alihî wa shahbihi wa sallim.

Artinya : “Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas tuan kami Nabi Muhammad saw, rahmat yang dengannya Engkau jadikan kami menjadi bagian dari ahli ilmu lahir dan batin, Engkau kumpulkan kami  dengan hamba-hamba-Mu yang saleh di dunia dan akhirat, dan (limpahkanlah juga) untuk keluarga Nabi saw, para sahabat, dan limpahkanlah salam (atas mereka semua).”

Keutamaan Shalawat Ilmu

Dalam kitab Râtib Syaikhona Kholil yang disusun oleh Tim Lajnah Turats ‘Ilmu dijelaskan, Shalawat Ilmu memiliki faedah bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan oleh Allah dimudahkan untuk mendapatkan ilmu. Dalam kitab itu dinyatakan:

وَأَوْصَى بَعْضُ الْمَشَايِخِ قِرَائَتَهَا قَبْلَ الدَّرْسِ مُنْفَرِدًا أَوْ جَمَاعَةً. قَالُوْا: يُرْجَى نَفْعُهَا لِحُصُوْلِ الْعِلْمِ النَّافِعِ وَالْفُتُوْحِ، وَالْحَشْرِ مَعَ عِبَادِ اللهِ الصَّالحِيْنَ فِي الدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ

Artinya, “Telah berwasiat sebagian guru untuk membacanya (shalawat ilmu), sebelum pelajaran, baik sendiri maupun secara bersama. Mereka berkata: dengan manfaat (shalawat ilmu), bisa diharapkan mendapat ilmu yang manfaat dan futuh (dibukanya hati), serta akan dikumpulkan bersama dengan hamba-hamba Allah yang saleh, di dunia dan akhirat.”

(Lajnah Turats ‘Ilmu, Râtib Syaikhona Kholil, [Dârul Khalil], halaman 15).

 

Cara Baca Shalawat Ilmu

 Sebagaimana penjelasan di atas, Shalawat Ilmu Syaikhona Kholil dianjurkan untuk dibaca dalam majelis-majelis ilmu, tepatnya sebelum memulai pelajaran. Namun shalawat ini juga boleh dibaca bahkan boleh dijadikan wirid secara istiqamah. Hal itu bisa dibaca dengan tiga cara, sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab yang sama, yaitu:

وَلِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَتَّخِذَهَا وِرْدًا فَلَهُ ثَلَاثُ كَيْفِيَّاتٍ، (1) اِمَّا أَنْ يَقْرَأَهَا بَعْدَ الْمَكْتُوْبَةِ مِنْ غَيْرِ عَدَدٍ مُعَيَّنٍ، (2) وَاِمَّا أَنْ يَقْرَأَهَا سَبْعًا بَعْدَ الْمَكْتُوْبَةِ، (3) وَاِمَّا أَنْ يَقْرَأَهَا سَبْعًا لَيْلًا

Artinya, “Bagi orang yang hendak menjadikan shalawat ilmu sebagai wirid, maka bisa dilakukan dengan tiga cara:

(1) bisa membacanya setelah shalat maktubah tanpa hitungan tertentu;

(2) bisa membacanya tujuh kali setelah shalat maktubah, dan;

(3) bisa membacanya tujuh kali di waktu malam.”

(Lajnah, Ratib Syaikhona Kholil, halaman 15).

Sumber : https://islam.nu.or.id/

Comments
0 Comments

No comments:

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Kabarmadrasah.com