Madrasah hebat bermartabat- Lebih baik madrasah - Madrasah lebih baik

Breaking News

17 September 2025

Urgensi Kolaborasi Pilar Pendidikan

 

Mendidik anak itu bukan perkara instan. Ia bukan seperti mie instan yang cukup diseduh lima menit, lalu siap disantap. Pendidikan sejati adalah sebuah proses panjang, kadang melelahkan, tapi penuh makna. Ia butuh kesabaran, pembiasaan yang konsisten, dan tentu saja keikhlasan hati.

Pendidikan tidak hanya dimulai dari kelas atau madrasah. Justru akar pendidikannya berawal sejak dini di rumah—dari teladan orang tua—dan tumbuh subur dalam lingkungan yang mendukung. Dalam Islam, mendidik anak adalah amanah besar. Allah memuliakan para guru, mengangkat derajat orang-orang berilmu, dan memberi keutamaan kepada mereka yang sabar dalam mendidik. Tapi, sebesar apa pun peran guru, pendidikan anak tidak akan pernah utuh tanpa campur tangan orang tua.


Ibarat tanaman, madrasah bisa menanam benih, guru bisa menyiram, tapi ladangnya tetap rumah. Orang tualah yang setiap hari merawat akar, batang, dan daun agar tumbuh kuat. Karena itu, tiga pilar utama pendidikan anak—madrasah, keluarga, dan lingkungan—tidak boleh berjalan sendiri-sendiri.


Sayangnya, masih ada orang tua yang beranggapan bahwa tugas mendidik sepenuhnya ada di guru. Anak dititipkan ke madrasah, lalu seolah selesai urusan. Padahal, pendidikan sejati justru dimulai ketika anak pulang ke rumah. Misalnya, guru sudah menanamkan disiplin dengan membiasakan datang tepat waktu, tapi kalau di rumah anak dibiarkan tidur larut malam dan bangun kesiangan, maka benih disiplin itu akan mudah layu.


Atau contoh lain, di madrasah anak diajarkan untuk berkata jujur. Namun, jika di rumah ia melihat orang tuanya berbohong kecil—misalnya bilang ke tamu, “Bilang saja Ayah tidak ada,” padahal sedang di kamar—pesan kejujuran akan goyah. Anak belajar bukan hanya dari apa yang ia dengar, tapi lebih kuat dari apa yang ia lihat.


Di sinilah pentingnya sinergi. Orang tua bukan penonton, melainkan mitra utama guru dalam mendidik. Pembiasaan akhlak, adab, tanggung jawab, dan semangat belajar tidak bisa hanya dengan ceramah. Anak-anak butuh contoh nyata. Ketika mereka melihat guru dan orang tua seirama dalam sikap dan nilai, maka pendidikan akan tertanam kuat dalam dirinya.


Mendidik bukan pekerjaan sehari dua hari, melainkan perjalanan seumur hidup. Setiap orang tua perlu membuka hati, belajar, dan menyadari bahwa mendidik anak adalah ibadah. Anak-anak tidak menunggu kita sempurna untuk mulai belajar dari kita. Mereka belajar dari setiap usaha kita, bahkan dari kesalahan yang kita akui dengan jujur.


Mari kita renungkan bersama: 

Sudahkah kita membiasakan kebaikan di rumah seperti di madrasah?

Sudahkah kita menjadi teladan, bukan sekadar penyuruh?

Sudahkah kita bersinergi dengan guru, bukan malah saling melempar tanggung jawab?

Ingatlah, pendidikan tidak bisa dibangun dalam semalam, tetapi bisa runtuh seketika bila kita abai. Anak adalah cermin. Ia merekam bukan hanya pelajaran dari buku, tapi juga ucapan dan perbuatan kita sehari-hari.

Semoga kita diberi kekuatan untuk menjadi pendidik sejati—bukan hanya di kelas, tapi juga di rumah, di lingkungan, bahkan dalam setiap napas kehidupan kita. Karena mendidik bukan sekadar membentuk anak menjadi pintar, tapi menumbuhkan generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.

Comments
0 Comments

No comments:

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Kabarmadrasah.com