Pernah nggak sih kepikiran, kalau saja madrasah bisa ngomong?
Mungkin ia bakal meneteskan air mata di pojok kelas, saat lampu-lampu sudah padam, dan semua orang pulang.
Bukan karena murid-muridnya nakal, tapi karena orang-orang yang ia cintai—guru dan kepala madrasah—kadang justru saling menjauh.
Padahal, tangan yang seharusnya saling merangkul, kadang malah sibuk melepaskan.
Ingat Niat Awal Kita
Waktu pertama kali menginjakkan kaki di madrasah ini, bukankah niat kita jelas?
Kita datang untuk membesarkan madrasah, meskipun itu berarti mengorbankan tenaga, waktu, bahkan air mata.
Lalu, kenapa kita saling menjauh?
Kenapa lidah jadi tajam, hati jadi sempit, dan ego lebih sering menang daripada kerendahan hati?
Madrasah Bukan Arena Persaingan
Mari ingat lagi: madrasah ini bukan gelanggang adu gengsi.Ini ladang perjuangan. Kita bukan rival, tapi satu barisan pejuang. Kita sama-sama lelah, sama-sama pernah menangis, sama-sama memikirkan masa depan murid-murid kita.
Apakah semua itu mau kita sia-siakan, hanya karena gengsi pribadi?
Guru dan Kepala Madrasah: Satu Tim
Buat guru, jangan pernah melihat kepala madrasah sebagai musuh.Ia juga manusia—lelah, bingung, dan memikul beban yang kadang tak terlihat.
Buat kepala madrasah, jangan pandang guru hanya sebagai bawahan. Mereka pejuang, yang ikut memanggul beban agar madrasah ini tetap hidup.
Kalau kita nggak kompak, itu sama aja kita sedang merobohkan rumah yang kita bangun dengan susah payah.
Kalau kita saling menjatuhkan, berarti kita sedang mengubur mimpi anak-anak yang berharap dari kita
Malu Sama Murid
Kita sering mengajarkan akhlak dan adab ke murid-murid. Tapi apa jadinya kalau kita sendiri justru tidak mampu menjaga itu di antara kita? Bukankah itu memalukan?Saatnya bersinergi, saatnya kompak dan bersatu Mari kita turunkan suara. Mari kita lembutkan hati. Mari kita saling merangkul Bukan karena kita lemah, tapi karena kita ingin menang bersama.
Madrasah ini tidak akan besar karena satu orang hebat saja. Tapi akan jaya kalau semua kompak, bergandengan tangan, dan berjuang tanpa henti.
Karena pada akhirnya, yang Allah lihat bukan jabatan kita, tapi seberapa ikhlas kita menundukkan diri demi perjuangan suci.
Mari besarkan madrasah ini hanya karena-Nya. Bersama, insyaAllah madrasah kita akan selalu hidup, tumbuh, dan membawa cahaya bagi generasi mendatang.
Tulisan ini hanyalah sebagai warning, pepeling , peringatan dan bersifat preventif agar kita tidak terjebak dalam kondisi yang disebutkan dalam tulisan artikel tersebut